Banyak pasangan mengeluh, untuk mendapatkan kehamilan anak kedua,lebih
sulit dibandingkan anak pertama. Bila sebelumnya langsung "tokcer",
kini sangat sulit. Padahal, berbagai cara sudah dilakukan. Dari melepas
alat KB, konsultasi ke dokter, minum pil hormon, dan sebagainya.
Apa
benar buat mendapatkan anak kedua lebih sulit dibandingkan anak
pertama?
Mungkin jadi berbeda dan ibu sulit hamil kedua karena
situasinya yang berbeda. Sebelumnya, pasangan bebas dari tekanan serta
bebas melakukan hubungan seksual kapan saja.
Kini selain harus membagi
perhatian dan waktu buat si kecil, kadang berbagai masalah muncul.
Biasanya setelah kelahiran anak pertama, pasangan akan mendapatkan
pengalaman baru. Hal-hal baru inilah yang sering memicu emosi
masing-masing.Terutama di pihak istri.
Misalnya, ketika anak
sakit, sering menangis, kontan akan menimbulkan kekhawatiran. Lalu
muncul perasaan sedih, letih, jengkel, marah, yang bercampur-aduk dan
menyebabkan ketidakstabilan emosi. Kondisi emosional yang tak stabil
sangat menentukan kesuburan wanita. Sebab, produksi hormon jadi tak
stabil.
GANGGUAN HORMONAL
Untuk mengidentifikasi
ketidakstabilan produksi hormon pada wanita, bisa dilihat dari siklus
haid. Bila siklusnya berubah-ubah, ini merupakan salah satu indikasi
terjadinya gangguan kestabilan hormonal.
Kondisi emosional yang
terganggu akan menimbulkan impuls listrik di otak yang kemudian
tersambung ke pusat hormonal yang juga berada di dalam otak. Akhirnya,
pengeluaran hormonal jadi terganggu. Padahal, pengeluaran yang stabil
sangat menentukan kematangan sel telur. Bila sel telur tidak matang,
maka tidak dapat dibuahi oleh sperma, sebagai awal dari kehamilan.
Andaipun
kondisi emosional yang tak stabil hanya terjadi sehari dalam
sebulan,tetap saja berpengaruh pada kegagalan kehamilan.Proses
pematangan berlangsung secara bertahap dalam satu bulan. Didukung dengan
pengeluaran hormon hari demi hari. Jadi, hormon yang keluar harus
selalu stabil setiap harinya. Bila sehari saja tak stabil akan
mengacaukan pengeluaran hormon dan mengganggu proses pematangan sel
telur.
Berbeda dengan wanita, proses pembentukan sperma pada
lelaki tidak dipengaruhi kondisi emosionalnya. Meskipun saat itu
emosinya sedang jelek, produksi tetap berlangsung dan mampu mematangkan
diri sehingga bisa membuahi.
HINDARI STRESS
Untuk
mengatasi masalah ini sebenarnya sangat mudah. Pasangan, terutama
wanita, mau tidak mau harus berusaha mengatasi perasaan emosionalnya.
Dengan begitu, kondisinya bisa stabil, stres bisa dihindari, dan
diharapkan kematangan sel telur bisa dicapai dengan baik. Wanita yang
sering mengalami gangguan haid, misalnya, biasanya akan ditelusuri,
ada-tidaknya gangguan pikiran. Entah karena suami di-PHK, anak
sakit-sakitan, tinggal dengan mertua, atau hal lain yang membuat haidnya
tidak teratur. Penelusuran ini untuk mencari tahu sebab-musabab
gangguan emosional yang terjadi.
Memang, sulit untuk mengontrol
emosi apalagi bila banyak masalah. Mulai dari si kecil yang terus-
menerus sakit, sulit makan, sering rewel, atau hal lain yang dapat
memicu kesedihan, kekesalan, bahkan ketertekanan pada si ibu. Untuk
memperingan, biasanya dokter memberi obat-obatan penambah hormon.
Tetapi, tidak bisa menggantungkan masalah pada obat saja. Perlu usaha
dari ibu untuk mengatasi ketidakstabilan emosionalnya.
Selain
kondisi emosional si ibu harus baik, kesehatannya juga mesti prima.
Sebab, sulitnya kehamilan kedua juga kerap dikarenakan gangguan infeksi
di tempat jalannya sperma. Mulai dari vagina, rahim, hingga saluran
sel telur. Tapi infeksi pada bagian-bagian tersebut bisa terjadi kapan
saja. Baik sebelum atau sesudah kehamilan. Juga, setelah kehamilan anak
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
Bila ada yang mengaitkan
terjadinya infeksi akibat perlukaan saat persalinan,bisa saja terjadi,
tapi sangat kecil kemungkinannya. Meski si ibu melahirkannya di dukun
beranak, kemungkinan infeksi di saluran lahir sangat kecil terjadi.
Malah yang mungkin terinfeksi adalah si bayi, bukan ibunya.
Infeksi
lebih mungkin terjadi karena ibu kurang memperhatikan kebersihan
vaginanya. Mungkin setelah melahirkan perhatian kebersihan pada alat
kelaminnya tersita oleh kehadiran si jabang bayi. Nah, dari situ bisa
saja infeksi terjadi, dimulai dari vagina, merembet ke atasnya, yaitu
mulut rahim, sehingga terjadi servisitis (infeksi pada rahim), merembet
ke rahim, kemudian menjalar ke saluran telur. Baik saluran kiri maupun
kanan. Ini disebut adnexitis (infeksi pada saluran telur).
DITIUP & OPERASI
Pada
permulaan infeksi, di situ ada kuman juga sel darah putih. Sel darah
putih berkumpul untuk melawan kuman penyebab infeksi. Sel darah putih
ini adalah tentara bagi tubuh kita. Dia sebagai pertahanan untuk
membasmi makhluk asing yang datang. Sperma pun dianggap sebagai makhluk
asing sehingga akan dilawan dan dihabisi. Sehingga mau tidak mau akan
mengurangi kapasitas si wanita untuk bisa terjadi pembuahan.
Seringnya,
pada awal infeksi, tidak menimbulkan gejala sehingga yang bersangkutan
tidak merasa kalau di alat reproduksinya terinfeksi. Bilapun
terdeteksi, seringkali ibu mengobatinya tidak sampai tuntas. Akhirnya
terjadi komplikasi semisal perlengketan di alat reproduksi. Ini jelas
akan mengganggu fungsinya. Perlengketan pada saluran telur, akan
mengganggu jalannya sperma untuk membuahi sel telur. Bisa saja terjadi
pembuahan bisa, tapi nantinya akan menghambat sel telur yang sudah
dibuahi (hasil konsepsi) berjalan menuju rahim untuk berkembang menjadi
embrio. Hasil konsepsi berjalan menuju rahim, harus lewat saluran
tersebut.Sehingga bisa terjadi kehamilan di luar kandungan.
Akibat
infeksi ini pun bisa menyebabkan perubahan pada organ reproduksi
sehingga si ibu mengalami infertilitas sekunder, yakni tidak bisa hamil
untuk yang kedua, ketiga, dan selanjutnya.
Untuk mengatasinya,
bila belum sampai menimbulkan komplikasi seperti perlengketan ringan di
saluran telur, cukup dengan obat yang disemprotkan, istilah awamnya
ditiup. Caranya dengan memasukkan obat lewat vagina, menembus rahim
hingga sampai ke saluran telur. Diharapkan, saluran telur bisa terbuka.
Tapi kalau infeksinya sudah kronis dan sudah menimbulkan komplikasi
yakni perlengketan yang penyumbatannya sudah berat, perlu dilakukan
pembedahan mikro untuk memperlebar saluran telur agar sperma maupun
hasil konsepsi bisa melewatinya dengan mulus.
Demikian pula
dengan organ reproduksi lain, selama infeksinya masih ringan, cukup
dengan obat. Kalau sudah berat, seperti ada kelainan, perlu tindakan
lebih lanjut, semisal operasi.
MENJAGA KEASAMAN VAGINA
Vagina
bukanlah tempat yang steril. Di dalamnya terdapat banyak kuman. Yaitu
kuman yang baik dan jahat. Kuman yang baik disebut basil doderline dan
berfungsi menjaga keseimbangan di dalam vagina. Doderline menyebabkan
vagina bersifat asam karena dia mengeluarkan zat-zat yang bersifat
asam. Sifat asam ini biasanya tidak disukai oleh kuman yang jahat.
Bila
keasaman vagina terjaga, keseimbangan antara kuman baik dan jahat pun
senantiasa selaras dan infeksi bisa dihindarkan. Tapi kalau kuman jahat
dapat tambahan dari luar, mungkin lewat hubungan seksual dengan
pasangan yang tidak sehat kelaminnya, maka populasi antara kuman jahat
dan baik tidak seimbang lagi.Karena musuhnya jadi lebih banyak, maka
basil doderline kalah dan suasananya tidak asam lagi.
Terlalu
sering mencuci vagina dengan pencuci khusus yang mengandung zat kimia
pun,bisa membunuh doderline. Misalnya, vagina dicuci dengan sabun
sembarangan yang rata-rata bersifat basa. Asam ditimpa basa, maka akan
jadi netral, sehingga doderline pun mati. Sayangnya, orang sering salah
kaprah, sering mencuci vagina dengan sabun. Mencuci vagina cukup
dengan air bersih saja. Sesekali, boleh menggunakan pencuci vagina.
JARAK IDEAL 2 TH
Sebenarnya
untuk memberi jarak antara kelahiran anak pertama dengan anak kedua,
tergantung pada putusan pasangan yang menjalaninya. Idealnya beri jarak
2 tahun. Pertimbangannya, setelah melahirkan, semua organ kembali
dianggap ke kondisi normal memakan waktu 2 tahun. Dengan begitu
diharapkan kehamilan yang kedua tidak mengalami komplikasi karena kurang
normalnya alat reproduksi.
Pertimbangan lain, agar si bayi
dapat ASI yang cukup. ASI cukup didapat anak kira-kira sampai satu
tahun. Nah, satu tahunnya lagi untuk mempersiapkan kehamilan
berikutnya. Kehamilan merupakan beban yang sangat berat. Jadi, ibu
harus siap betul untuk menjalaninya kembali.
Langkah langkah yang
harus di lakukan adalah dengan diawali oleh pemeriksaan infertilitas
dasar, yaitu pemeriksaan sperma dan roentgen saluran tuba ( HSG ).
Setelah haid teratur dan pemeriksaan dasar infertilitas dipastikan
normal, kita jalankan program hamil. Saat itu tentunya dengan bantuan
dokter. Semoga berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar